Developer AI Indonesia – PT APTIKMA TEKNOLOGI INDONESIA

Sejarah Chatbot – Pertama Kali Diciptakan Hingga Saat Ini

Dalam era digital saat ini, chatbot menjadi salah satu teknologi yang paling populer dan digunakan di berbagai sektor, mulai dari layanan pelanggan, pendidikan, hingga hiburan. Namun, sebelum chatbot menjadi canggih seperti ChatGPT yang kita kenal sekarang, teknologi ini memiliki sejarah chatbot yang panjang yang berakar pada pertengahan abad ke-20. 

Artikel ini akan mengupas secara mendalam tentang sejarah chatbot pertama kali diciptakan, dari konsep awal hingga evolusinya menjadi bagian penting dari kecerdasan buatan (AI).

Awal Mula: Konsep dan Gagasan Awal

Ide tentang mesin yang dapat memahami dan merespons bahasa manusia telah lama menjadi impian para ilmuwan komputer dan filsuf. Konsep ini dapat ditelusuri kembali ke karya Alan Turing, seorang ilmuwan komputer Inggris yang dikenal sebagai bapak kecerdasan buatan. Pada tahun 1950, Turing menerbitkan sebuah makalah berjudul “Computing Machinery and Intelligence”, di mana ia mengajukan sebuah pertanyaan penting: “Dapatkah mesin berpikir?”

Dalam makalah tersebut, Turing memperkenalkan apa yang sekarang dikenal sebagai Turing Test, yaitu tes untuk menilai kemampuan mesin dalam meniru percakapan manusia secara meyakinkan. Jika seseorang tidak dapat membedakan antara mesin dan manusia selama percakapan, maka mesin tersebut dianggap “berpikir.” Tes inilah yang menjadi dasar filosofis dan teknis bagi pengembangan chatbot pertama.

Perjalanan Sejarah Chatbot Hingga Masa Sekarang

Sejarah chatbot dimulai dengan ELIZA, sebuah program sederhana yang memanfaatkan pencocokan pola untuk meniru seorang terapis. Sejak saat itu, dunia chatbot telah mengalami evolusi luar biasa, dari eksperimen awal seperti PARRY dan Racter hingga chatbot canggih berbasis AI seperti ChatGPT.

Perjalanan ini mencerminkan kemajuan besar dalam bidang kecerdasan buatan dan pemrosesan bahasa alami. Dari sekadar alat eksperimen akademik, chatbot kini menjadi rekan digital yang membantu, menghibur, dan bahkan menemani jutaan orang di seluruh dunia. Masa depan chatbot tampak semakin cerah, dengan potensi yang terus berkembang untuk menjembatani komunikasi antara manusia dan mesin secara lebih harmonis dan bermakna.

ELIZA – Sejarah Chatbot Pertama di Dunia

sejarah chatbot

Chatbot pertama yang benar-benar dibuat dan dioperasikan adalah ELIZA, yang dikembangkan pada tahun 1966 oleh Joseph Weizenbaum, seorang ilmuwan komputer di Massachusetts Institute of Technology (MIT). ELIZA dirancang untuk meniru seorang psikoterapis dengan menggunakan pola teks sederhana untuk merespons pernyataan pengguna.

Program ELIZA menggunakan teknik pencocokan pola (pattern matching) dan skrip yang disebut “DOCTOR,” yang mensimulasikan seorang terapis Rogerian. Salah satu fitur paling menonjol dari ELIZA adalah kemampuannya untuk memparafrasekan pernyataan pengguna menjadi pertanyaan yang terdengar bermakna, misalnya:

  • Pengguna: “Saya merasa sedih hari ini.”
  • ELIZA: “Mengapa Anda merasa sedih hari ini?”

Meskipun ELIZA tidak benar-benar memahami makna dari apa yang dikatakan pengguna, banyak orang yang berinteraksi dengan ELIZA merasa seolah-olah mereka sedang berbicara dengan makhluk yang memahami perasaan mereka. Bahkan, beberapa orang tidak menyadari bahwa mereka sedang berbicara dengan mesin.

Joseph Weizenbaum sendiri terkejut dengan respons emosional dari para pengguna terhadap ELIZA. Ia kemudian menjadi kritikus terhadap pengembangan AI yang berpotensi menggantikan hubungan manusia yang sejati, dan memperingatkan bahaya ketergantungan terhadap mesin.

Penerus ELIZA – PARRY, Racter, dan Jabberwacky

sejarah chatbot

Setelah ELIZA, berbagai chatbot lain dikembangkan dengan pendekatan dan tujuan yang berbeda. Salah satu penerus penting ELIZA adalah PARRY, yang dikembangkan oleh Kenneth Colby pada awal 1970-an. PARRY dirancang untuk meniru pola pikir seorang penderita skizofrenia paranoid, dan dianggap sebagai chatbot pertama yang mencoba meniru kepribadian kompleks.

Berbeda dengan ELIZA yang hanya mencerminkan kembali pernyataan pengguna, PARRY memiliki model internal sederhana dari dunia dan kepercayaan, yang memungkinkan percakapan yang lebih dinamis. Dalam eksperimen yang dilakukan, percakapan antara ELIZA dan PARRY bahkan dianalisis oleh psikiater, yang kesulitan membedakan mana percakapan manusia dan mana yang dilakukan antara dua program.

Kemudian, pada tahun 1980-an, muncul Racter (singkatan dari “Raconteur”), sebuah program yang dikembangkan oleh William Chamberlain dan Thomas Etter. Racter dikenal karena kemampuannya menghasilkan teks yang sangat aneh dan puitis. Racter menulis sebuah buku berjudul “The Policeman’s Beard is Half Constructed,” yang diklaim sepenuhnya ditulis oleh mesin—meskipun kenyataannya beberapa bagian diedit oleh manusia.

Pada akhir tahun 1990-an dan awal 2000-an, muncul chatbot Jabberwacky yang dikembangkan oleh Rollo Carpenter. Jabberwacky berfokus pada percakapan santai dan lebih natural, dan menjadi cikal bakal dari pengembangan chatbot berbasis pembelajaran mesin (machine learning).

Evolusi ke Era Modern – NLP dan AI

sejarah chatbot

Perkembangan chatbot mengalami lompatan besar dengan kemajuan dalam bidang Natural Language Processing (NLP) dan pembelajaran mesin. Model bahasa yang lebih kompleks mulai diperkenalkan, memungkinkan chatbot untuk memahami konteks, mengenali niat (intent), dan memberikan respons yang lebih relevan.

Salah satu tonggak penting dalam sejarah chatbot modern adalah peluncuran Apple Siri pada tahun 2011, yang diikuti oleh Google Assistant, Amazon Alexa, dan Microsoft Cortana. Asisten virtual ini tidak hanya dapat merespons pertanyaan, tetapi juga menjalankan perintah, mengatur jadwal, dan terintegrasi dengan ekosistem perangkat.

Di sisi lain, muncul pula chatbot berbasis teks seperti Replika, yang dirancang untuk menjadi teman berbicara dan membantu pengguna mengatasi kesepian atau kecemasan. Replika menggunakan pembelajaran mesin dan AI untuk menyesuaikan gaya percakapan berdasarkan interaksi pengguna sebelumnya.

Sejarah Chatbot – Revolusi GPT dan Chatbot Generatif

Salah satu titik balik besar dalam sejarah chatbot terjadi dengan diperkenalkannya model GPT (Generative Pre-trained Transformer) oleh OpenAI. GPT-3, yang diluncurkan pada tahun 2020, dan GPT-4 setelahnya, membawa kemampuan chatbot ke level yang belum pernah dicapai sebelumnya. Chatbot berbasis GPT mampu menulis esai, menjawab pertanyaan teknis, membuat puisi, dan bahkan meniru gaya bicara tokoh tertentu.

Chatbot seperti ChatGPT menjadi sangat populer karena kemampuannya untuk melakukan percakapan yang terasa sangat alami dan manusiawi. Tidak seperti ELIZA yang hanya mencerminkan pernyataan, ChatGPT memahami konteks, menjaga koherensi antar kalimat, dan dapat berimprovisasi dalam percakapan panjang.

Kecanggihan ini dimungkinkan oleh pelatihan model dengan miliaran parameter dan data dari seluruh internet, ditambah dengan teknik pembelajaran yang disebut reinforcement learning from human feedback (RLHF), yang menyempurnakan kualitas respons berdasarkan penilaian manusia.

Dampak dan Masa Depan Chatbot

Chatbot telah menjadi bagian penting dari kehidupan digital modern. Mereka digunakan dalam layanan pelanggan, asisten pribadi, pembelajaran daring, hiburan, dan bahkan terapi mental. Dengan kemampuan untuk berinteraksi 24 jam nonstop dan menjangkau jutaan pengguna, chatbot membuka jalan bagi efisiensi dan aksesibilitas layanan secara luas.

Namun, di balik manfaatnya, chatbot juga menimbulkan sejumlah tantangan dan pertanyaan etis. Bagaimana jika pengguna terlalu bergantung pada chatbot untuk interaksi sosial? Bagaimana dengan privasi data? Apakah chatbot akan menggantikan pekerjaan manusia di bidang layanan pelanggan?

Para peneliti dan pengembang AI terus mengeksplorasi cara untuk membuat chatbot lebih transparan, bertanggung jawab, dan dapat dipercaya. Salah satu upaya penting adalah menciptakan chatbot yang dapat mengungkapkan batasan dirinya—seperti menyatakan bahwa ia adalah mesin, bukan manusia.

Mulai Kembangkan Bisnismu dengan Manfaat Chatbot AI Engine dari Aptikma!

Bayangkan, pelanggan kamu bisa mendapatkan jawaban instan 24/7 tanpa perlu menunggu lama. Inilah keunggulan AI Chatbot Engine dari Aptikma! Kami memahami bahwa di era digital ini, kecepatan dan efisiensi adalah kunci. Oleh karena itu, kami mengembangkan chatbot yang tidak hanya pintar, tetapi juga dapat beradaptasi dengan kebutuhan bisnismu. 

Chatbot kami mampu memahami bahasa alami, menjawab pertanyaan umum, hingga membantu pelanggan menyelesaikan masalah dengan cepat. Dengan begitu, kamu bisa lebih fokus pada hal-hal penting lainnya, sementara chatbot kami menangani pelayanan pelanggan. Ayo, segera hubungi kami melalui email atau WhatsApp dan temukan bagaimana chatbot ini dapat mempercepat perkembangan bisnismu!

Picture of Mitha Saputri

Mitha Saputri

Seseorang yang antusias dengan teknologi dan AI. Suka berbagi ide, insight, dan cerita seputar dunia digital dengan cara yang simpel dan mudah dipahami.

Leave a Replay

Recently added

Sign up for our Newsletter

Click edit button to change this text. Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit